Inflasi Hijau: Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Inflasi hijau adalah jenis inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga di berbagai sektor akibat terjadinya perubahan kebijakan ke arah pembangunan ramah lingkungan.
Istilah inflasi hijau dikenal lebih luas sebagai green inflation atau yang disingkat sebagai greenflation. Konsep ini mengedepankan praktik ekonomi yang berkelanjutan dan rendah karbon.
Emisi karbon yang kian meningkat memperparah pemanasan global. Maka dari itu, kebijakan baru untuk mendukung pengurangan karbon pun semakin gencar ditetapkan.
Namun, langkah tersebut berdampak negatif pada keadaan ekonomi masyarakat secara luas. Lantas, mengapa hal tersebut terjadi? Mari simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Apa itu Inflasi Hijau?
Inflasi hijau adalah fenomena ekonomi yang terjadi ketika harga barang dan jasa naik secara signifikan akibat terjadinya transisi menuju ekonomi hijau.
Sederhananya, ekonomi hijau merujuk pada kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk menekan dampak pemanasan global.
Bisa dikatakan bahwa inflasi hijau adalah akibat dari transisi atau perubahan kebijakan ke penggunaan teknologi baru dan proses produksi yang ramah lingkungan.
Salah satu bentuk kebijakan yang memicu terjadinya inflasi hijau adalah ketetapan mengenai pajak karbon.
Pasalnya, perusahaan yang menghasilkan emisi karbon tinggi dikenai pajak dalam jumlah besar sehingga mendorong kenaikan harga barang dan jasa hasil produksinya.
Beberapa produk yang mengalami kenaikan harga akibat inflasi hijau adalah energi terbarukan dan produk berkelanjutan.
Penyebab Inflasi Hijau
Terdapat dua faktor utama yang mendorong terjadinya inflasi hijau, yaitu penemuan teknologi hijau baru dan perubahan kebijakan.
Inovasi atau penemuan baru dalam sektor teknologi hijau membutuhkan biaya yang besar sehingga dapat berimbas langsung pada kenaikan harga produk.
Upaya untuk mengurangi pemanasan global yang didukung oleh pemerintah memunculkan berbagai kebijakan baru.
Akibatnya, banyak perusahaan yang harus menyesuaikan dengan kebijakan baru, seperti adopsi teknologi hijau.
Tentunya, biaya yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan produksi ramah lingkungan ini menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Kebijakan tersebut mengakibatkan penambahan biaya yang menyebabkan kenaikan harga produk.
Baca juga: Cost Push Inflation: Penyebab, Contoh, & Cara Mengatasinya
Dampak Inflasi Hijau
Secara garis besar, inflasi hijau adalah situasi yang memiliki dampak luas. Baik produsen dan konsumen merasakan perubahan dari transisi ke arah ekonomi hijau yang ramah lingkungan.
Perlu diketahui bahwa dampak inflasi hijau tidak hanya dirasakan di Indonesia. Kebijakan untuk menekan dampak pemanasan global ini juga dapat ditemukan di berbagai sudut dunia.
Adapun dampak dari terjadinya inflasi hijau bagi produsen dan konsumen adalah sebagai berikut:
Bagi Produsen
Pelaku usaha, utamanya perusahaan besar yang menghasilkan emisi karbon tinggi, memerlukan biaya besar untuk transisi ke ekonomi hijau.
Beberapa biaya yang termasuk ke dalam pemenuhan teknologi hijau terkait dengan pemenuhan standar emisi dan peraturan lingkungan.
Hal tersebut pun juga berpotensi meningkatkan biaya operasional dan produksi sehingga daya saing perusahaan pun menurun.
Bagi Konsumen
Konsumen juga merasakan dampak dari inflasi hijau. Biaya pengoperasian usaha dan produksi yang naik mengakibatkan harga produk naik.
Ketika harga produk naik, maka daya beli konsumen pun otomatis menurun. Budget belanja bulanan yang terbatas pun tidak dapat memenuhi kebutuhan pembelian produk-produk tertentu.
Konsumen pun dihadapkan pada pilihan di antara mencari produk alternatif atau tetap membeli produk yang sama dengan harga yang lebih tinggi.
Cara Mengatasi Inflasi Hijau
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kenaikan harga produk akibat inflasi hijau adalah suatu keadaan yang membutuhkan solusi secara sistematis.
Peran pemerintah dan lembaga terkait untuk mengantisipasi efek inflasi hijau sangat diperlukan. Adapun beberapa cara mengatasi inflasi hijau adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Insentif dan Subsidi Pemerintah
Dampak yang dirasakan masyarakat akibat inflasi hijau adalah tanggung jawab pemerintah. Untuk menyiapkan masyarakat, pemerintah dapat memberikan insentif dan subsidi.
Andil pemerintah tersebut dapat membantu menekan biaya adopsi teknologi hijau untuk kebutuhan produksi.
Apabila proses penyaluran dana berjalan dengan lancar, maka perusahaan dapat melaksanakan perannya sebagai produsen lebih optimal tanpa harus mengeluarkan biaya lebih.
Terciptanya lingkungan produksi yang lebih ramah lingkungan ini pun juga dapat mendorong inovasi di masa depan untuk berbagai kebutuhan perusahaan lainnya.
2. Pengembangan Energi Terbarukan
Ekonomi hijau yang menjadi tujuan dari adopsi teknologi ramah lingkungan dapat terwujud dengan penggunaan energi terbarukan.
Perlahan, berbagai sektor industri dianjurkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Tenaga surya, angin, dan hidroelektrik dapat menjadi pengganti bahan bakar fosil dan solusi jangka panjang untuk mewujudkan produksi ramah lingkungan.
3. Peningkatan Kesadaran kepada Masyarakat
Cara mengatasi inflasi hijau yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah memberikan informasi secara komprehensif kepada produsen dan konsumen.
Kebijakan yang disertai dengan prosedur pelaksanaan terencana terkait ekonomi hijau akan membantu proses produksi berjalan dengan lebih lancar tanpa kendala.
Produsen yang sadar akan kebutuhan adopsi teknologi hijau pun mampu menyesuaikan harga produk sehingga masih termasuk dalam ambang batas wajar.
Dengan penyampaian informasi yang tepat dari pemerintah dan lembaga terkait, konsumen pun menjadi lebih sadar akan pentingnya transisi teknologi hijau dan kaitannya dengan perubahan harga produk di pasar.
Sekian pembahasan seputar inflasi hijau yang merupakan efek dari perubahan teknologi di berbagai sektor industri
Pemanasan global yang kian memburuk setiap waktu mendorong banyak perusahaan besar untuk menekan emisi karbon.
Meskipun positif untuk lingkungan, efeknya secara finansial cukup terasa bagi masyarakat. Untuk menghadapi inflasi hijau tersebut, sebaiknya mulailah berinvestasi emas.
Emas dikenal sebagai aset yang tahan terhadap inflasi. Nilainya tetap stabil dan cenderung naik setiap tahun meskipun kondisi ekonomi tidak menentu.
Jika ragu untuk menyimpan emas di rumah sendiri, sahabat bisa menggunakan layanan Tabungan Emas di Pegadaian.
Sistemnya seperti menabung pada umumnya. Sahabat hanya perlu melakukan pembelian awal minimal Rp10 ribu untuk membuka rekening.
Adapun biaya pemeliharaan yang dikenakan hanya sebesar Rp30 ribu setiap tahunnya. Namun, jika daftar di Pegadaian Digital, sahabat akan dibebaskan dari biaya pemeliharaan pada satu tahun pertama.
Praktis dan terjangkau, bukan? Jadi, tunggu apa lagi? Mari kumpulkan saldo Tabungan Emas di Pegadaian sebagai bentuk antisipasi terhadap inflasi hijau di masa depan.
Baca juga: 7 Keuntungan Menabung Emas di Pegadaian, Aman dan Terjamin!
Artikel Lainnya
Wirausaha
6 Tips Sukses Memulai Usaha Franchise Bagi Pemula
Sebagai salah satu model bisnis yang dikembangkan mulai abad 20, usaha franchise cukup diperhitungkan. Dikenal juga dengan istilah waralaba, jenis bisnis ini mudah dijumpai di sekitar Anda. Waralaba asal Amerika Serikat dan Italia adalah contoh yang mendunia dan sangat dikenal di berbagai negara. Dengan metode berbasis kontrak kerja antara pemilik waralaba (franchisor) dan penerimanya (franchisee), […]
Inspirasi
Makna Kemerdekaan Indonesia bagi Kesejahteraan Bangsa
Memahami makna kemerdekaan Indonesia berarti bebas mewujudkan impian tanpa penindasan dan tekanan eksternal. Yuk, pahami selengkapnya di sini!
Investasi
Kriteria Investasi: Pahami Macam-Macam Penilaiannya
Kriteria investasi adalah serangkaian penilaian yang digunakan oleh investor dalam menganalisis peluang dan risiko investasi. Ini informasi lengkapnya.